Dalam mendiagnosa penyakit pasien, dokter membutuhkan berbagai informasi. Informasi ini dapat berupa informasi verbal (keluhan pasien atau informasi yang didapat dari wawancara) atau informasi yang berupa sinyal tubuh atau kondisi fisik pasien. Informasi berupa sinyal tubuh biasanya disebut dengan sinyal biomedis. Sinyal biomedis ini terjadi akibat proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh manusia.
Sinyal ini mengandung informasi penting yang menggambarkan kondisi jaringan atau organ yang terkait dengan sinyal biomedis tersebut. Akan tetapi biasanya sinyal biomedis ini tidak dapat dibaca tanpa menggunakan instrumen yang tepat. Instrumen biomedis berperan untuk mengakuisisi sinyal biomedis, memperkuat, mengolah, dan menampilkannya dalam bentuk yang dapat dipersepsi oleh operator sehingga dapat dijadikan dasar penegakan diagnosis.
Biomedik adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan azas-azas dan pengetahuan dasar ilmu pengetahuan alam (biologi, kimia, dan fisika) untuk menjelaskan fenomena hidup pada tingkat molekul, sel, organ dan organisme utuh hubungannya dengan penyakit dan mencarikan serta mengembangkan bahan yang tepat untuk mencegah, mengobati, dan memulihkan kerusakan akibat penyakit.
Instrumentasi biomedis adalah aplikasi dari ilmu pengukuran untuk mengukur variabel fisiologi yang mungkin terjadi karena proses molekuler, seluler, atau proses sistemik. Variabel fisiologi ini bisa muncul dalam peristiwa secara mekanik, elektrik, kimia, optik atau lainnya. Instrumentasi sangat berkaitan dengan pengukuran dan kualitas dari suatu intrumen ditentukan berdasarkan akurasi dan presisi. Akurasi dari suatu sistem pengukuran adalah tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai yang sebenarnya. Kepresisian dari suatu sistem pengukuran adalah sejauh mana pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak berubah mendapatkan hasil yang sama.
Biasanya dalam mengakuisisi fenomena ini menggunakan sensor dimana sensor harus didesain sehingga gangguan pada variabel dan lingkungan dapat diminimalisasi, sesuai dengan keadaan organ, dan mempunyai S/N (signal to noise ratio) yang maksimal, terjaga akurasi dan kepresisiannya. Biasanya sinyal keluaran nantinya dijadikan masukan bagi proses pengolahan sinyal untuk analisis berikutnya.
Dalam bidang kesehatan, banyak sekali instrumen yang digunakan dalam pengukuran sinyal fisiologi. Sebenarnya instrumen ini tidak hanya untuk pengukuran, tetapi termasuk instrumen lain yang membantu dokter dalam melaksanakan tugasnya, atau membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari apabila dalam kondisi sakit. Instrumen biomedis dapat diklasifikasikan berdasarkan besaran yang diukur misalnya pengukuran tekanan, pengukuran aliran, atau suhu. Dengan melihat perbedaan obyek yang diukur akan terlihat perbedaan teknik pengukurannya.
Adapun klasifikasi instrumen berdasarkan prinsip transduksinya, misalnya penggunaan sensor resistif, sensor kapasitif, sensor ultrasonik atau elektrokimia. Dengan mengetahui prinsip transduksinya maka prinsip dari sifat sinyal yang akan diukur akan diketahui.
Klasifikasi instrumen dapat berdasarkan sistem organ yang diukur seperti instrumen kardiovaskuler, instrumen pulmona dan lain-lain. Klasifikasi ini membuat orang lebih fokus pada instrumen apa yang sedang dibutuhkan. Klasifikasi lainnya berdasarkan spesialisasi di kedokteran misalnya instrumen kardiologi, instrumen pediatrik, instrumen optalmologi dan lain-lain.